Sindikasi kampus.okezone.com

Diposting oleh Blogger Newbie on Jumat, 20 April 2012

Sindikasi kampus.okezone.com

“DOOR duisternis tot licht” yang dalam bahasa Indonesia “Habis gelap terbitlah terang” adalah suratan RA Kartini kepada sahabat-sahabat penanya di Belanda. Catatan tersebut merupakan cita-cita, harapan, dan pemikiran RA Kartini melawan bentuk kesewenangan dan penindasan terhadap harkat wanita pribumi (Jawa) yang selalu mendapatkan perlakuan diskriminatif secara kultural.  
Pemikiran yang lahir dari rahim perempuan Jawa yang mencoba memperjuangkan hak perempuan pribumi ini pun menginspirasi pergerakan wanita Indonesia untuk mencapai harkat yang ‘setara dengan laki-laki’. Gerakan yang akhirnya menjadi faham feminis ini memberikan perubahan revolusioner pada cara pandang dunia terhadap kaum perempuan. Wanita yang dulu hanya berperan dalam sektor domestik mampu menunjukkan eksistensinya dalam ranah publik. Hingga tak ayal banyak kita jumpai wanita menduduki posisi penting, baik di sektor birokrasi sampai swasta.
 
Namun bukan tanpa persoalan, selain memiliki dampak positif, faham feminis juga memiliki implikasi negatif yang pada akhirnya merusak tananan sosial  masyarakat. Feminisme yang diperjuangkan Kartini bukan yang sebagaimana difahami wanita modern sekarang, sifat egaliter yang ingin dikobarkan Kartini adalah kesetaraan bukan tanpa batas sehingga tidak adanya perbedaan antara hak dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Wanita berpendidikan tinggi itu harus, boleh bekerja untuk prestise, namun tak boleh melupakan hak dan tanggung jawabnya atas keluarga.
 
Feminisme modern yang lahir dari feminisme liberal dan sosialis inilah yang menimbulkan ketidakstabilan sosial karena tumpang tindih peran. Faham ini memperjuangkan egaliter tanpa batas yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan kualitas maskulin dan feminis dalam diri wanita.
 
Sifat mengusai, kompetitif, dan ambisius yang berifat maskulin diadopsi perempuan untuk bisa mengambil peran dalam sektor publik, dan terkadang melemahkan sifat feminisnya yang berkarakter pengasuh, pasif dan pemelihara. Inilah penyebab kegoyahan kosmologi sosial dan alam.
 
Filoshofi Yin dan Yang tentang kestabilan yang saling lengkap melengkapi mulai bergeser dan pada akhirnya berujung kehancuran. Ini bisa kita lihat dalam konstelasi masyarakat modern sekarang, tatanan luhur dari budaya mulai ditabrak dan generasinya menjadi liar. Fenomena tawuran pelajar, perkosaan, bahkan menurunnya akhlak dari anak-anak remaja modern adalah dampak nyata yang bisa kita lihat.
 
Gerakan Ekofemisnis
 
Karut-marutnya tatanan sosial memunculkan kesadaran dalam diri wanita yang pada akhirnya melahirkan paham baru, yaitu ekofeminisme. Anti tesis dari feminisme ini lahir dari keprihatinan tergradasinya kestabilan sosio kultur masyarakat, yang difahami muncul dari melemahnya kualitas feminis dalam kosmologi sosial.
 
Wanita sekali lagi punya andil besar dalam kosmologi kehidupan, walaupun terkadang dia dipandang remeh dengan perannya. Tetapi ketika kestabilan ini terganggu, kita hanya perlu menunggu kehancuran. Kehadiran wanita bukanlah sebagai pelengkap karena dia adalah bagian satu kesatuan, kesadaran inilah yang harusnya mulai kita tumbuhkan sehingga tidak ada lagi diskriminasi dan meremehkan peran satu sama lain.
 
Muhammad Mansur
Alumnus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Aktivis muda NU
(//rfa)

Kumpulan Informasi

Silahkan Like Halaman Fans Page Kami. Agar Kami Bisa Tetap Terhubung Dengan Anda Lewat Facebook Dan Dapatkan Informasi Unik dan Menarik Lainnya.

Artikel Terkait:

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar